Panen Demplot Serdang Bedagai Menghasilkan Produktivitas 8,75 Ton Per Ha

Produktivitas lahan sawah dalam pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) yang diterapkan melalui Demplot Scalling Up di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut) berhasil mencapai 8,75 ton per hektare (ha).

Panen Demplot Serdang Bedagai Menghasilkan Produktivitas 8,75 Ton Per Ha

Capaian ini melebihi produktivitas lahan non-CSA di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumut. Petani CSA dari kelompok tani [Poktan] Suka Maju dan Harapan di Serdang Bedagai menerapkan metode ubinan untuk menghitung produktivitas di Laboratorium Lapang (LL) Scalling Up yang dikoordinir oleh Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) di Sumut.

Dalam hasil penghitungan menggunakan metode ubinan, produktivitas meningkat pada lahan LL, menghasilkan 5,46 kg dikalikan dengan luasan 1.600 dan menghasilkan total 8,75 ton/ha. Hal ini terungkap saat acara Temu Lapang Petani atau Farmers Field Day [FFD] di Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai, pada Rabu pekan lalu. Sementara produktivitas yang meningkat dari perlakuan petani Non CSA adalah sebesar 8 ton/ha.

Semangat dan antusiasme petani CSA Serdang Bedagai diamati oleh pejabat yang hadir dari Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, Forkopimda, Koordinator dan penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pematang Sinojam, serta petani dari Poktan Suka Maju dan Harapan dan Gapoktan Pulau Sari di Desa Jambur Pulau.

Kegiatan FFD yang diadakan oleh Kementan bersama SIMURP di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumut, sejalan dengan arahan

Upaya SIMURP untuk menyosialisasikan CSA melalui metode ubinan oleh SIMURP sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, bahwa metode pengambilan sampel harus dilakukan secara konsisten agar tidak terjadi perbedaan data.

"Misalnya, jika lahan sawah yang awalnya digunakan untuk menanam jagung, sekarang digunakan untuk tanaman lain. Apakah itu masih dihitung sebagai sawah?" katanya.

Mentan Syahrul menjelaskan bahwa definisi lahan pertanian harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam. Di dalam kasus tanaman jagung, lahan tersebut masih dapat dianggap sebagai sawah. Definisi ini disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam di lahan tersebut.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menekankan pentingnya metode ubinan.

"Pengubinan adalah istilah yang umum digunakan oleh penyuluh dan petugas statistik untuk dengan cepat dan sederhana menghitung hasil panen tanaman pangan," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa metode ubinan dapat digunakan untuk menghitung hasil pertanian padi dengan cara sederhana. Cukup dengan mengukur beberapa meter persegi sebagai sampel representatif dari hasil panen pada petak sawah yang ingin dihitung hasilnya.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya, menegaskan komitmen pemerintah dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.

"Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi, produktivitas, indeks pertanaman, serta mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)," katanya.

Pengubinan adalah istilah yang digunakan oleh penyuluh dan petugas statistik untuk menghitung hasil panen tanaman pangan dengan cepat dan sederhana. Metode ubinan adalah cara yang mudah dan sederhana untuk memperkirakan jumlah hasil yang akan didapatkan saat panen. Metode ini melibatkan mengambil sampel kecil dari lahan pertanian dan mengalikannya dengan luas lahan yang sama untuk mendapatkan estimasi hasil total per hektare.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow